sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

The Fed, ECB, hingga BoE Kompak Kerek Suku Bunga 50 Bps, Sudahkah Inflasi Terkendali?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
16/12/2022 12:34 WIB
Bank sentral berusaha mengendalikan inflasi sembari mencegah pertumbuhan ekonomi melambat atau mendorong resesi.
The Fed, ECB, hingga BoE Kompak Kerek Suku Bunga 50 Bps, Sudahkah Inflasi Terkendali? (Foto: MNC Media)
The Fed, ECB, hingga BoE Kompak Kerek Suku Bunga 50 Bps, Sudahkah Inflasi Terkendali? (Foto: MNC Media)

Prospek Inflasi Zona Eropa dan AS

Inflasi yang terus tinggi memungkinkan suatu negara masuk ke jurang resesi. Meskipun AS dan Eropa menghadapi risiko resesi yang tinggi dan jauh lebih tinggi daripada ekonomi Asia, tetapi risikonya berbeda dalam hal tingkat dan jenisnya.

Selain itu, bank sentral berusaha mengendalikan inflasi tanpa menghentikan pertumbuhan ekonomi atau mendorong resesi.

Di AS, ekonom J.P.Morgan memprediksi "resesi ringan" di negeri Paman Sam akan terjadi pada paruh tahun depan. Kondisi ini disebut memberikan sinyal The Fed untuk memperketat kebijakan moneter lebih lanjut dalam pertempuran melawan inflasi.

Bank investasi tersebut melihat ekonomi berkontraksi sebesar 0,5% pada kuartal keempat tahun depan, dan kemungkinan terseret ke level yang sama hingga tahun 2024.

Hal ini terindikasi dari pemangkasan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS tahun 2023 menjadi 1%, hampir setengah dari perkiraannya untuk tahun 2022.

J.P. Morgan  melihat kenaikan senilai 100 basis poin (bps) lagi dari The Fed hingga Maret 2023. Setelah naik lebih dari 300 bps sepanjang tahun ini, kenaikan diharapkan melandai masing-masing 25 bps pada bulan Februari dan Maret.

Inflasi di AS juga diramalkan mendingin menjadi 4,1% pada akhir tahun 2023.

Terakhir, inflasi AS pada November angkanya mencapai 7,1%. Pengeluaran konsumsi pribadi yang menjadi indicator inflasi yang disukai The Fed, diperkirakan akan moderat menjadi 3,4% tahun depan.

Sementara di Eropa, mengutip Euronews, sebagian besar negara Zona Euro disebut akan menuju resesi ekonomi pada kuartal terakhir tahun 2022, menurut perkiraan ekonom European Commission.

"Situasi ekonomi telah memburuk secara nyata dan kami sedang menuju kontraksi dua perempat," kata Komisaris Ekonomi Uni Eropa Paolo Gentiloni pada konferensi pers, dikutip Euronews, Jumat (12/11).

European Commission telah merevisi perkiraan inflasi dari Juli, memprediksi bahwa harga akan mencapai puncaknya pada akhir tahun dan tetap tinggi pada 2023. Inflasi zona Eropa rata-rata akan berada di level 9,3% dan 8,5% untuk tahun 2022.

Philipp Carlsson-Szlezak dan Paul Swartz  mengatakan melalui Fortune, guncangan energi menjadi goncangan yang jauh lebih ganas di Eropa yang menghantam pendapatan riil dan daya beli. Ini juga mengikis daya saing industri karena benua Biru terlalu lama menggunakan energi murah yang tidak realistis.

Guncangan energi di Eropa masih menjadi pemicu resesi utama.

Meskipun bauran energi AS bahkan lebih bergantung pada gas alam daripada Eropa, harga gas alam spot telah meningkat lebih dari 15 kali lipat di Eropa sejak awal tahun 2021. Kondisi ini membuat peningkatan substansial empat kali lipat dibanding AS.

Namun, keterpaparan Eropa yang jauh lebih besar terhadap penggunaan energi Rusia menjadi satu kelemahan krusial ekonomi zona Euro. Hal ini menunjukkan kurang tangguhnya Ekonomi benua Biru dibandingkan AS. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement