Kedua, naiknya bunga acuan Fed yang agresif menimbulkan respon atas penyesuaian bunga acuan di berbagai negara sehingga pelaku usaha dan konsumen perlu bayar bunga pinjaman lebih mahal.
Ketiga, naiknya Fed rate merespon inflasi di AS yang tinggi. Masalahnya inflasi AS lebih disebabkan supply shock, sementara kenaikan sisi permintaan masih belum optimal. Ujungnya adalah bunga naik, permintaan ekspor di AS berisiko melemah.
Kalau Fed rate naik 50-75 basis poin lagi lanjut Bhima, maka BI mungkin perlu naikan bunga acuan 50 bps atau 0.5% untuk jaga rupiah tidak melemah terhadap dollar AS.
"Disisi lain mitigasi terhadap pelambatan penyaluran kredit dan naiknya risiko kredit macet harus diantisipasi. BI tidak bisa sendirian harus sinergi dengan pemerintah,” tutup Bhima. (RRD)