IDXChannel - Meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah menimbulkan risiko terhadap ekonomi global, terutama pasar energi internasional.
Kondisi geopolitik di Timur Tengah memanas setelah konflik pecah antara Israel dan pejuang Palestina di Gaza pada Oktober 2023. Krisis meluas setelah kelompok militan Houthi asal Yaman menyerang kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel dan sekutunya seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Laut Merah.
Pekan ini, Israel melancarkan serangan udara terhadap kedutaan Iran di Suriah. Insiden ini makin meningkatkan tensi geopolitik di kawasan.
Pada Oktober 2023 tak lama setelah konflik antara Israel dan Hamas pecah di Gaza, laporan Commodity Markets Outlook yang dirilis Bank Dunia memperkirakan tiga skenario dampak krisis geopolitik Timur Tengah terhadap pasar komoditas global.
Dalam skenario “gangguan kecil”, pasokan minyak global akan berkurang sebesar 500 ribu hingga dua juta barel per hari, kira-kira setara dengan pengurangan yang terjadi selama perang saudara di Libya pada 2011. Dalam skenario ini, harga minyak akan mencapai kisaran USD93 hingga USD102 per barel.
Dalam skenario “gangguan sedang yang kira-kira setara dengan perang Irak pada 2003, pasokan minyak global akan berkurang sebesar tiga juta hingga lima juta barel per hari. Hal ini akan mengerek harga minyak menjadi antara USD109 dan USD121 per barel.