"Dalam ekonomi restoratif, salah satu wujudnya adalah memulihkan sumber daya yang rusak atau meregenerasinya, sehingga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Di sini ada 40 ribu hektare kebun bambu, cara memanennya dengan menjaga regenerasi produksinya. Ini luar biasa," tutur Teten.
Apalagi, dikatakan Teten, jika pemda membuat pembinaan afirmatif hingga kebijakan restoratif lingkungan yang mengharuskan semua hotel, resort, dan perkantoran menggunakan bambu.
"Hal itu akan menghidupkan ekonomi masyarakat di NTT, karena kebutuhan bambu akan meningkat. Bagi NTT ini menjadi bentuk konsep ekonomi restoratif, seiring potensi bambu di wilayah ini yang luar biasa," ungkap teten.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat, Fransiskus Sales Sodo, optimistis pertumbuhan usaha bambu akan terus berkembang di NTT khususnya Manggarai Barat, karena merupakan potensi unggulan lokal.
"Sebab, dalam sejarahnya masyarakat Manggarai itu dekat sekali dengan bambu. Jadi, hakikat hidup orang Manggarai itu tidak pernah jauh dari bambu. Sehingga, bagi orang Manggarai, bambu adalah bagian dari orang Manggarai itu sendiri," ujar Fransiskus.