Hari sebagai pelaku konversi motor mesin pembakaran internal (ICE) ke motor listrik juga mengakui biayanya masih sangat besar. Bahkan, harganya bisa lebih mahal dari motor listrik baru, terlebih jika subsidi sudah diberikan.
“Tujuan konversi salah satunya menurunkan atau menghilangkan konsumsi bahan bakar fosil. Kalau konversi, harus merelakan mesin lamanya tidak dipakai kembali alias scrap atau dimuseumkan. Belum tentu masyarakat rela dengan itu,” ujarnya.
Motoriz sebagai salah satu bengkel bersertifikat yang membuat mereka legal dalam melakukan konversi juga sedang berupaya untuk menekan harga. Salah satunya adalah dengan cara memaksimalkan komponen lokal, sehingga biayanya bisa ditekan.
“Kkami bekerja sama dengan Blue Wings Group yang akan membangun pabrik di sini. Pada saat TKDN-nya sudah tinggi, otomatis dapat menekan harga. Mungkin, pada pertengahan tahun 2023, teknologi ini akan didominasi komponen lokal,” Okto Larido, CEO Motoriz PT Semesta Motor Indonesia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Pemerintah Indonesia juga akan memberikan subsidi untuk motor konversi sebesar Rp5 juta. Sementara untuk motor listrik dikabarkan sudah tahap finalisasi dengan subsidi Rp7 juta yang akan diterapkan dalam waktu dekat.
(SLF)