Sekadar catatan, saat ini produk BBM jenis pertalite yang memiliki RON 90 dengan kandungan sulfur maksimal 500 ppm (part per million). Sebagai perbandingan, BBM yang kandungan sulfurnya rendah adalah Pertamax Turbo berstandar Euro 4 dengan sulfur maksimal 50 ppm.
Selain itu, ada Pertamax Green 95 dengan RON 95 yang sulfurnya maksimum 50 ppm. Adapun BBM jenis solar yang sesuai standar Euro 4 adalah jenis Pertamina Solar 51 (Pertamina Dex) dengan kadar sulfur 50 ppm. Kadar sulfur tersebut jauh lebih rendah dibanding produk solar bersubsidi yang kandungan sulfurnya mencapai 2.500 ppm.
"Kami akan menyediakan BBM rendah sulfur tanpa menaikkan harga BBM. Sehingga masyarakat mendapatkan akses BBM yang lebih berkualitas dan lebih bersih," kata Deputi Bidang Koordinasi Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin saat media briefing di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Kamis (12/9/2024).
Rencana ini, kata Rachmat, bukan wacana semata. Pemerintah saat ini sedang menggodok aturan perihal BBM rendah sulfur yang akan diproduksi Pertamina untuk menggantikan pertalite. Dia memastikan, kendati BBM rendah sulfur tersebut kemungkinan lebih mahal karena perlu investasi tambahan di kilang, namun dipastikan tidak ada kenaikan harga karena akan mendapatkan subsidi.
"Akan ada BBM low sulfur yang disubsidi. BBM yang kotor akan dihilangkan. Pertalite hilang yang akan diterapkan secara bertahap di daerah-daerah. Saya tidak tahu namanya apa (BBM baru low sulfur), tapi bensin yang kotor ini akan kita hilangkan, untuk harganya akan sama," katanya.
Tak hanya subsidi yang akan diberikan ke produk BBM rendah sulfur, Pemerintah juga menyiapkan skema fiskal khusus bagi Pertamina yang memproduksi BBM bersih.
Nantinya, kata Rachmat, akan ada kompensasi berdasarkan market value dan perhitungan konstanta seperti yang berlaku pada produk BBM pertalite dan solar.
“Nanti akan ada payung hukumnya baik untuk badan usaha (Pertamina) maupun untuk penerapan BBM rendah sulfurnya. Kita akan support Pertamina agar bisa menghasilkan produk BBM lebih bersih,” katanya.
Jika tidak aral melintang, kata Rachmat, penyediaan BBM rendah sulfur tersebut akan dimulai dari Jakarta dan bertahap di daerah, sebelum nantinya diterapkan secara nasional pada 2028.
(Nur Ichsan Yuniarto)