Dalam diskusi yang berlangsung, manajemen PT Vale memaparkan rencana eksplorasi yang dilakukan akan berpusat di area-area yang tidak mengganggu perkebunan lada masyarakat.
Menurut Endra, selama belum ada kesepakatan mengenai bentuk pertanggungjawaban atas tanaman yang terganggu, pihaknya tidak akan melakukan pengeboran di perkebunan lada warga.
"Kami paham betul ada keresahan kehilangan mata pencaharian, sehingga kami berkomitmen tidak akan mengganggu tanaman masyarakat selama tidak ada kesepakatan," kata Endra.
Para peserta diskusi bergantian memberikan pendapat terhadap rencana eksplorasi yang dilakukan. Memang tidak semuanya sejalan dengan rencana PT Vale.
Seorang ibu bernama Fatma, perwakilan tokoh perempuan dari Desa Loeha turut menyampaikan aspirasinya. Dia menyampaikan bahwa dengan penghasilan sebagai petani lada saat ini, warga mampu menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi. Jika tambang nikel hadir di Loeha Raya, mereka bisa kehilangan mata pencarian.
Menanggapi hal itu, Endra mengatakan PT Vale ingin hidup berdampingan dengan masyarakat di Loeha Raya. Dia pun mengklaim perusahaan sangat menghargai aspirasi masyarakat dan memandang bahwa keresahan-keresahan yang muncul ini terjadi karena adanya kesenjangan informasi dan perbedaan pemahaman mengenai kegiatan eksplorasi dan penambangan.
Menurut dia, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melakukan pengeboran, mengambil sampel tanah dan meneliti potensi nilai ekonomi, sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan penambangan. "Karenanya, tidak benar jika ada yang mengatakan saat kegiatan eksplorasi dilakukan, maka mata pencaharian masyarakat akan hilang," klaimnya.
Dia juga menyampaikan pihaknya bisa memahami, jika masyarakat memiliki kekhawatiran terhadap kehilangan sumber mata pencaharian. Namun, Dia meyakinkan perseroan akan bertanggungjawab atas segala dampak yang ditimbulkan dari kegiatan eksplorasi.
(Ahmad Islamy Jamil)