"Kalau bisa beli (kendaraan) yang cc gede, duitnya banyak kan, harusnya beli yang sesuai dan kemudian juga bisa mengurangi emisi. Pertalite ini kan PM-nya tinggi," jelasnya.
Selain itu, Arifin juga menuturkan, pembatasan BBM bersubsidi ini juga mendesak dilakukan lantaran harga minyak mentah dunia saat ini tengah bergejolak imbas konflik Hamas dan Israel di Timur Tengah.
"Harusnya dievaluasi lebih dalam, kalau enggak ya jebol. Sekarang minyak sudah USD 92 (per barel), jadi memang sekarang pengawasan yang harus kita iniin dan imbauan. Supaya yang bisa beli Pertamax, belilah Pertamax, jangan hijrah," paparnya.
Sebelumnya, Arifin mengimbau para konsumen mampu untuk tetap membeli BBM sesuai dengan kemampuan atau jenis kendaraan yang dimilikinya. Diakuinya, ia juga tidak ingin apabila semua konsumen lari ke Pertalite karena harganya paling murah.
"Sekarang minyak sudah USD92 per barel. Jadi memang sekarang pengawasan yang harus kita keluarkan dan himbau. Supaya apa, supaya yang beli Pertamax, belilah Pertamax, jangan hijrah ke Pertalite," pungkasnya.
(DES)