Namun, penyebaran yang kini meluas yaitu BA.1 dan BA.2. Jadi ada tingkat keparahan yang sama terkait dengan risiko rawat inap.
“Dan di negara-negara itu, mereka belum melihat perubahan tingkat keparahan BA.1 dibandingkan dengan BA.2. Jadi selain studi eksperimental, kami melihat data dunia nyata," sambung Maria Van Kerkhove
Terkait penelitian Jepang tersebut, dalam studi laboratorium Jepang telah menunjukkan bahwa subvarian Omicron BA.2 dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada BA.1 telah diidentifikasi sebelumnya. Penelitian tersebut meneliti efek Omicron BA.2 pada hamster dan mencoba mencari tahu apakah ada sinyal penyakit parah.
Namun, saat mencari sinyal keparahan pada manusia, dalam hal peningkatan risiko rawat inap di antara orang-orang yang telah terinfeksi BA.2 dibandingkan dengan BA.1. Telah diamati bahwa tidak ada lagi keparahan di antara manusia. (FHM)