IDXChannel—Siapa sangka, Ajik Krisna pemilik pusat oleh-oleh Bali rupanya pernah hidup pas-pasan. Lelaki bernama asli Gusti Ngurah Anom itu bahkan pernah harus mencuci mobil pemilik hotel beserta tamu-tamunya untuk menyambung hidup.
Lelaki kelahiran Buleleng ini terlahir sebagai bungsu dari 7 bersaudara dengan perekonomian pas-pasan. Dulu Ajik terpaksa berhenti sekolah selepas lulus SMP karena keterbatasan biaya. Dari situlah, perjalanan bisnis Ajik Krisna dimulai.
Ajik Krisna kini memiliki rantai pusat oleh-oleh terbesar di Bali, dengan pengunjung yang tidak pernah sepi, dan dikenal luas oleh semua wisatawan yang menginjakkan kaki di Pulau Dewata. Semuanya dilakukan tanpa gelar sarjana.
Bahkan dalam biografi di website resmi Krisna (Krisnabali.co.id), tercantum informasi gelar Ajik Krisna adalah S2 (SD, SMP). Entah ini lelucon yang disengaja, atau kesalahan ketik tim penulisnya.
Seperti apa perjalanan usaha crazy rich Bali ini? Bagaimana Ajik Krisna berhasil merintis usaha tanpa menempuh pendidikan formal? IDXChannel telah merangkum kisah inspiratif
Fakta Perjalanan Karier Ajik Krisna pemilik pusat oleh-oleh Bali
Memulai Dari Pos Satpam
Ajik merantau dari tempat kelahirannya, Buleleng, ke Sanur untuk mencari peruntungan. Kisah perantauannya berhasil menarik simpati pemilik Hotel Rani sehingga ia diperbolehkan tinggal di pos satpam untuk ikut menjaga keamanan dan kebersihan di kisaran pos.
Setelahnya Ajik berinisiatif mencuci mobil pemilik hotel dan para tamu. Dari situ ia berhasil mengumpulkan uang yang lumayan, paling banyak hingga Rp2,5 juta. Jumlah yang tak sedikit pada masanya.
Dua tahun lamanya Ajik tinggal di bilik kecil pos satpam dan berbantalkan batako. Namun akhirnya Ajik terpaksa harus berhenti dari pekerjaan itu lantaran terkena reumatik akut.
Merambah ke Konveksi
Ajik melanjutkan upayanya menyambung hidup dengan bekerja di konveksi kecil milik pamannya yang juga ia tumpangi selama beberapa saat. Ia membantu pamannya tanpa diupah.
Lantas Ajik memberanikan diri untuk meminta pekerjaan dari Sidharta, orang yang sering memesan order jahitan ke pamannya, didorong oleh keinginan Ajik membuktikan dan memantaskan diri kepada calon istrinya.
Setelah menikah, Ajik dan istrinya mulai mengembangkan usaha konveksi sendiri di tempat tinggalnya.
Pesanan mulai laris mengalir mereka terima dari pabrik, perkantoran, dan perhotelan. Membuat pasangan suami istri ini berani melakukan ekspansi usaha, berpindah ke tempat baru yang lebih ramai, bahkan sampai nekat membuka toko baju di Denpasar.
Toko baju ini dinamai Cok Konfeksi. Melalui toko ini lah Ajik membangun jaringan ke berbagai tempat, dia juga tekun menerima pesanan klien dari beragam pangsa pasar. Dalam waktu singkat saja, konveksi milik Ajik bertumbuh pesat dan menjadi salah satu yang terbesar di Bali.
Merintis Pusat Oleh-oleh Krisna, Terbesar di Bali
Suatu saat muncul ide di kepala Ajik untuk mendirikan pusat oleh-oleh khas Bali, terinspirasi dari arus wisatawan ke Bali yang sangat tinggi. Ia terpikir untuk mengumpulkan semua oleh-oleh khas Bali, mulai dari pernak-pernik, kerajinan tangan, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya, ke dalam satu sentral.
Ia lantas mendirikan Pusat Oleh-oleh Krisna pertama di Denpasar pada 2007. Namun yang mendorong popularitas Krisna adalah ekspansi bisnis yang dilakukan Ajik dengan menggandeng designer untuk memproduksi kaos khas Bali.
Rencana bisnis yang diperkirakan Ajik itu membuahkan hasil. Kaos khas Bali itu meledak di pasaran. Pengunjung mulai terus berdatangan ke Krisna Denpasar untuk mencari kaos produksinya, disamping mencari oleh-oleh khas lain.
Setahun kemudian Ajik berhasil membuka toko kedua di Denpasar, namun dengan konsep yang lebih apik. Ajik menggandeng pengusaha properti untuk pembukaan Krisna kedua dengan lapangan parkir lebih luas dan rumah makan untuk pengunjung.
Ajik juga memanfaatkan jaringan kerja sama dengan pelaku industri pariwisata untuk melambungkan popularitas Krisna. Strategi itu terbukti berhasil mendatangkan wisatawan untuk berkunjung dan berbelanja di Krisna.
Dua tahun setelah pendirian outlet kedua di Denpasar, Ajik kembali membuka outlet ketiga dengan luas 1.000 m2 di Sunset Road. Ia ingin menyalurkan lebih banyak produk kerajinan pengrajin asli Bali.
Ekspansi Krisna terus ia lakukan dengan agresif. Salah satu langkah inovatif yang diambilnya adalah membuka outlet Krisna yang beroperasi 24 jam di Kuta, mengikuti arus pariwisata di daerah tersebut yang hampir tidak pernah mati.
Demikianlah kisah Ajik Krisna pemilik pusat oleh-oleh Bali yang memulai perjalanannya dengan mencuci mobil, hingga kini memiliki total tujuh outlet Krisna di Bali dan beberapa mini outlet yang terletak di Jakarta dan Surabaya. (NKK)