“Saya jajakan itu bunga, saya setir truk sendiri lalu cari customer pakai Yellow Pages. Enam bulan pertama, modal ngucur terus. Tapi puji tuhan, bulan ketujuh secara operasional saya bisa break even,” jelasnya.
Dari bisnis ini juga Merry bertemu dengan suaminya di Belanda. Ia mengaku mendapatkan dukungan penuh dari suami dan keluarganya, terlebih sang suami berasal dari negara dengan komoditas bunga yang besar.
“Harus commit dan harus tekun. Harus rajin, cari apa yang bisa dilakukan agar bisnis itu lancar,” terangnya.
Ia berharap pekebun Indonesia serius menggarap potensi perkebunan bunga. Sebab konsumen negara-negara lain pun membutuhkan bunga-bunga dari negara tropis yang tak mungkin dikembangkan di negaranya masing-masing.
Demikianlah kisah inspiratif tentang Merry Anwar, distributor dan pemasok bunga impor yang telah menjalankan bisnis berisiko tinggi selama 20 tahun. (NKK)