Kian Gwan berubah haluan dari perdagangan opium menuju industri gula. Tidak seperti umumnya orang Tionghoa pada masa itu, Oei Tiong Ham menggunakan kontrak bisnis secara luas. Meskipun pendekatan ini tidak umum di kalangan sesama Tionghoa, model bisnisnya memiliki manfaat hukum yang memberikan jaminan atas pinjaman yang diberikan.
Pada periode 1890-an hingga 1920-an, OTHC mengalami pertumbuhan yang pesat. Mereka memiliki cabang di berbagai kota seperti London, Amsterdam, Singapura, Bangkok, dan New York. Perusahaan ini juga mendirikan bank, perusahaan pelayaran, dan bisnis ritel.
Pada tahun 1912, cabang dagang Kian Gwan mendapat suntikan modal sebesar 15 juta gulden, dua kali lipat dari perusahaan Belanda Internatio.
Setelah Perang Dunia I, permintaan dunia terhadap gula Jawa meningkat drastis, memberikan peluang bagi pemilik industri gula. Namun, keuntungan tersebut turun tajam hanya dalam beberapa hari. Namun, dengan strategi yang cermat dan mandiri, perusahaan ini berhasil bertahan dari krisis gula, sementara perusahaan Tionghoa lainnya mengalami kegagalan.
Itulah sepenggal kisah mengenai Oei Tiong Ham dan bisnisnya hingga Ia dijuluki sebagai crazy rich Indonesia pertama.