Awalnya, Nitisemito menggunakan nama merek yang aneh untuk produk kreteknya. Pada 1905 barulah ia menggunakan logo berupa tiga bulatan tanpa nama. Dari sini, konsumennya mulai menyebut kreteknya dengan beragam nama, mulai dari Tjap Boelatan Tiga, Tjap Boendar Tiga, dan Tjap Bal Tiga.
Nitisemito memilih nama yang terakhir dan mematenkannya pada 1908. Saat itu, Nitisemito tergolong revolusioner dalam memasarkan kreteknya. Ia sudah berani menyewa pesawat Fokker F-200 untuk menyebarkan brosur.
Ia juga memanfaatkan pemasaran lewat radio, mendirikan klub sepakbola, sandiwara keliling, dan mengikuti pameran-pameran niaga. Ia juga berani memberikan hadiah untuk pelanggan yang membeli Kretek Tjap Bal Tiga.
Mulai dari arloji, jam dinding, gelas, cangkir, bahkan sepeda, moda transportasi yang tergolong mewah saat itu. Hadiah-hadiah itu bahkan ia impor langsung dari Jepang. Nitisemito juga sudah menerapkan sistem pembukuan dengan akuntansi modern.
Bisnis kretek yang dilakoni Nitisemito menjadikannya sebagai salah satu pengusaha pribumi yang sukses dan kaya raya saat itu. Bahkan, Presiden Soekarno dikenal dekat dengan Nitisemito sebelum Indonesia merdeka. ‘