Edwil menerangkan, secara spesifik Lumut Balai Unit 3 (Capex USD305 juta) dan Unit 4 (Capex USD290 juta) akan memperkokoh klaster pengembangan panas bumi PGE di Sumatera Selatan. Sementara itu, Gunung Tiga/Ulubelu Extension I (Capex USD227 juta) di Provinsi Lampung akan menerapkan teknologi biner dua fase.Terakhir, Lahendong Unit 7-8 & Binary (Capex USD274 juta) akan memperluas pengembangan di Sulawesi Utara, wilayah dengan potensi panas bumi terbesar di Indonesia.
Selain memperkuat bauran energi terbarukan nasional, proyek-proyek ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Skema pembiayaan melalui Subsidiary Loan Agreement (SLA) yakni mekanisme pinjaman terusan dari lembaga multilateral kepada pemerintah Ijuga dapat memperkuat kelayakan ekonomi proyek. Skema ini berpotensi meningkatkan Internal Rate of Return (IRR) proyek sebesar 1-3 persen, memberikan nilai tambah, dan memastikan keberlanjutan investasi jangka panjang.
Pada tahap selanjutnya, PGEO akan memasuki proses negosiasi dengan lembaga multilateral untuk memperoleh persyarata pendanaan paling optimal termasuk struktur pembiayaan, tingkat suku bunga, tenor, serta persyaratan teknis dan lingkungan. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan proyek secara efektif dan berkelanjutan.
Setelah masuk Blue Book, PGEO bersama PT Pertamina (Persero), Bappenas, dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) saat ini tengah menyusun kriteria kesiapan sebagai prasyarat untuk masuk ke dalam Green Book, yang akan membuka akses penuh terhadap pendanaan luar negeri.
(Rahmat Fiansyah/Nasywa Salsabila)