Di India, produksi batu bara pada 2025 tercatat mendekati 1 miliar ton, sementara kebutuhan domestik relatif stagnan. Kondisi serupa juga terjadi di China, di mana permintaan batu bara cenderung flat.
Namun, pemerintah negara tirai bambu tersebut memberikan insentif berupa dukungan transportasi darat kepada produsen lokal, sehingga biaya produksi batu bara domestik menjadi lebih rendah dan pasokan dalam negeri semakin kompetitif.
“Dengan insentif tersebut, produsen batu bara di Cina dapat memenuhi kebutuhan domestik dengan lebih baik. Ini semakin menekan pasar seaborne,” kata Lie.
Kombinasi peningkatan produksi domestik di India dan China serta melemahnya impor menyebabkan harga batu bara di pasar internasional, khususnya pasar seaborne, mengalami tekanan signifikan pada kuartal I dan kuartal II-2025. Situasi ini menjadikan 2025 sebagai periode yang cukup menantang bagi pelaku industri batu bara global.
Meski demikian, Lie menegaskan batu bara merupakan industri yang bersifat siklikal, sehingga pergerakan harga sangat fluktuatif dan sulit diproyeksikan secara pasti. Dari sisi sentimen pasar, kondisi oversupply saat ini diperkirakan masih berlanjut hingga awal 2026.