Kenaikan produksi itu juga turut mendongkrak biaya bahan bakar sebesar 13 persen. Boy menyebut, pada semester I-2024, ADRO mencatat pengupasan lapisan tanah penutup (overburden removal) naik 9 persen menjadi 141,58 juta bcm.
"Nisbah kupas (stripping ratio) mencapai 3,96 kali atau naik 2 persen. Biaya kas produksi batu bara per ton (cash cost) tidak termasuk royalti turun 11 persen," katanya.
Boy juga menyoroti penurunan beban pokok pendapatan sebesar 13 persen imbas turunnya pembayaran royalti seiring penurunan ASP. Royalti yang dibayar ADRO turun 30 persen dari USD911 juta menjadi USD599 juta. Selain itu, Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang dibayar juga turun akibat penurunan laba bersih. Pajak yang dibayar perseroan turun 19 persen dari USD244 juta menjadi USD199 juta.
Sementara itu, EBITDA operasional turun 11 persen menjadi USD1,23 miliar dengan margin 42 persen. Dengan demikian, ADRO mencetak laba bersih USD779 juta, turun 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi neraca, kata Boy, posisinya sangat sehat dengan posisi kas dan setara kas sebesar USD2,79 miliar. Jumlah tersebut setara 27 persen dari total aset ADRO yang mencapai USD10,26 miliar. Selain itu, utang berbunga juga turun 14 persen menjadi USD1,29 miliar.