Faktor utama kenaikan ini adalah produksi aluminium di kawasan provinsi Yunnan, China yang terancam oleh penurunan curah hujan yang parah, yang menyebabkan produksi tenaga listrik tenaga air menjadi sangat rendah dan mengganggu proses produksi.
Adapun tembaga berjangka naik menuju USD3,9 per pon pada Juni, tertinggi dalam lebih dari satu bulan di tengah pelemahan dolar, meningkatnya kekhawatiran pasokan, dan harapan kenaikan permintaan.
Pelaku pasar utama khawatir pasokan tembaga mungkin tidak memenuhi ekspektasi permintaan jangka panjang yang kuat. Ini karena logam merupakan bahan baku penting untuk transisi ke sumber daya terbarukan.
Sementara emas bertahan di bawah USD1.960 per ons pada perdagangan awal pekan ini. Harga emas melayang mendekati level terlemahnya dalam tiga bulan, tertekan oleh pernyataan hawkish dari bank sentral AS The Federal Reserve.
Indonesia memiliki cadangan melimpah dari sejumlah komoditas tersebut. Melihat harga sejumlah komoditas tersebut yang masih kuat di pasar internasional, ini menjadi peluang menjanjikan bagi ambisi hilirisasi di Indonesia. (ADF)