Terkait volatilitas harga komoditas, khususnya batu bara, ALII menilai fluktuasi harga merupakan dinamika pasar yang tidak dapat dihindari. Tarif angkutan perseroan berkaitan erat dengan pergerakan harga batu bara, sehingga tekanan harga berdampak langsung pada pendapatan.
Untuk memitigasi risiko tersebut, perseroan menempatkan pengelolaan biaya sebagai prioritas utama. Strategi better cost management menjadi kunci agar margin tetap terjaga di tengah tekanan harga maupun kondisi makroekonomi yang menantang.
“Dengan pengelolaan biaya yang optimal, perseroan masih memiliki ruang untuk melakukan improvisasi ketika bisnis batubara atau perekonomian global sedang tertekan,” kata Rahul.
Di tengah tekanan global terhadap transisi energi hijau dan dekarbonisasi, manajemen ALII memandang batu bara masih memiliki peran strategis dalam bauran energi, khususnya di negara berkembang.
Data Kementerian ESDM menunjukkan, sekitar 60-70 persen pembangkit listrik nasional masih bergantung pada batu bara. Kondisi serupa juga terjadi di China dan India, yang masih mengandalkan PLTU sebagai tulang punggung pasokan energi.