Tak cukup sampai di situ, dia mengatakan, masyarakat juga perlu untuk menjadikan aspek fundamental perusahaan sebagai bahan penilaian sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham. Mulai dari kinerja keuangan perusahaan, bisnis perusahaan, hingga posisi perusahaan yang bersangkutan dalam industri yang dijalani.
"Posisinya ada di mana, apakah market leader atau bukan, apakah pasarnya masih berkembang atau sudah decline. Kalau masih terus berkembang, berarti bagus. Kalau punya waktu yang cukup, annual report perusahaan juga sebaiknya dipelajari. Agar bisa punya gambaran bagaimana manajemen perusahaan tersebut berjalan," ungkap Yogi.
Dia mengatakan, hal tersebut penting untuk dilakukan agar investor tidak sekedar berinvestasi bagaikan "membeli kucing dalam karung". Kemampuan analisa jangka panjang terkait kapan investor sebaiknya menanam atau menyudahi investasinya dalam suatu perusahaan tertentu akan menghindarkan dirinya dari hal-hal yang merugikan.
"Banyak juga yang beranggapan bahwa membeli saham IPO (Initial Public Offering) pasti untung. Sebetulnya yang utama, tetap harus diperhatikan bisnisnya apa, prospeknya bagaimana, dan kinerja perusahaan tersebut sebelum IPO seperti apa. Yang penting mengenal perusahaannya terlebih dahulu (sebelum berinvestasi) terlepas IPO ataupun yang sudah listing," ungkapnya.
Sebagai Perusahaan Efek Daerah (PED) pertama di Indonesia yang telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Yogi mengatakan, bjb Sekuritas memiliki komitmen tersendiri untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap pasar modal, dalam hal ini masyarakat Jawa Barat. Sejumlah upaya dilakukan untuk melakukan edukasi, seperti melalui pendekatan personal kepada nasabah maupun kerjasama dengan sejumlah kampus.