sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Beda Nasib Saham Grup Merdeka: Pilih MDKA, MBMA, atau EMAS?

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
02/10/2025 07:35 WIB
Arah pergerakan saham Grup Merdeka tengah menarik perhatian. Di saat EMAS baru saja melantai dengan penuh sorotan, saham induknya, MDKA justru tertekan.
Beda Nasib Saham Grup Merdeka: Pilih MDKA, MBMA, atau EMAS? (Foto: Merdeka Copper Gold)
Beda Nasib Saham Grup Merdeka: Pilih MDKA, MBMA, atau EMAS? (Foto: Merdeka Copper Gold)

IDXChannel – Arah pergerakan saham tambang Grup Merdeka tengah menarik perhatian. Di saat PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) baru saja melantai di bursa dengan penuh sorotan, saham induknya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), justru tertekan.

Sementara, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) menunjukkan pola akumulasi.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham induk EMAS, MDKA, merosot 9,65 persen dalam sepekan, diperdagangkan di level Rp2.060 per unit pada Rabu (1/10/2025).

Sementara, EMAS melonjak 38,89 persen sejak debut perdana pada 23 September lalu, berada di level Rp4.000 per unit.

Di sisi lain, saham unit bisnis tambang nikel Merdeka, MBMA, melaju kencang hingga 30,21 persen dalam sepekan ke level Rp625 per saham.

Amatan Teknikal

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai pergerakan saham emiten tambang Grup Merdeka kini memperlihatkan arah yang berbeda.

“Di antara semua emiten tambang Grup Merdeka, saat ini MDKA terlihat memiliki tekanan seller yang besar,” ujar Michael, Rabu (1/10/2025).

Ia menambahkan, “Ada pola bearish double tops dengan target koreksi hingga 2.100-2.000. Selain itu, dari broker summary juga terlihat adanya pola distribusi yang cukup besar.”

Namun, ia menambahkan kondisi berbeda justru terlihat pada MBMA.

“Terdapat akumulasi besar serta secara technical analysis bergerak bullish reversal,” kata Michael.

Dia menyoroti adanya pattern cup and handle. “Dengan neckline support di 590, resistance di 700, target di 900,” imbuhnya.

Prospek MDKA

MDKA mencatat kinerja solid pada paruh pertama 2025. Berdasarkan riset Ciptadana Sekuritas tertanggal 30 September 2025, EBITDA perseroan tumbuh 17,5 persen secara tahunan menjadi USD176,2 juta, ditopang rekor penjualan emas dan bijih nikel meski pendapatan turun 21,9 persen akibat pelemahan di segmen nikel.

Efisiensi di lini High Grade Nickel Matte (HGNM) dan Nickel Pig Iron (NPI) mendorong margin menguat signifikan. Gross profit margin (GPM) naik 430 basis poin menjadi 12,4 persen, sedangkan operating profit margin (OPM) meningkat 350 basis poin menjadi 9,2 persen.

Namun, kenaikan beban bunga dan pajak masih menekan laba bersih, dengan rugi tercatat USD15,8 juta, melebar dari USD12,5 juta pada periode sama 2024.

Secara operasional, penjualan emas naik 15,3 persen menjadi 1.688 kilogram, sedangkan produksi tembaga turun 35,3 persen seiring berakhirnya umur tambang Wetar. Proyek emas Pani telah mencapai 67 persen dan tetap sesuai jadwal untuk mulai produksi awal 2026.

Produksi bijih nikel melonjak 76,9 persen menjadi 6,9 juta wmt, sementara output NPI turun 23 persen akibat perawatan terjadwal.

Ciptadana mempertahankan rekomendasi buy untuk MDKA dengan target harga baru Rp3.850 per saham, merevisi naik dari sebelumnya seiring valuasi yang lebih tinggi. Target ini mencerminkan potensi kenaikan hingga 75 persen.

Risiko utama meliputi potensi keterlambatan proyek serta fluktuasi harga tembaga, nikel, dan emas.

Sementara, dalam riset 24 September 2025, JP Morgan mempertahankan rekomendasi neutral untuk MDKA dengan target harga Rp2.500 per saham.

Analis menilai kenaikan harga emas dan keberhasilan IPO Merdeka Gold (EMAS) sudah tercermin dalam valuasi MDKA. Menurut JP Morgan, IPO ini memang akan memperbaiki struktur keuangan MDKA, tetapi juga memberi investor alternatif investasi emas yang lebih fokus.

Valuasi awal Pani diperkirakan USD2,9 miliar, kini naik menjadi USD3,3 miliar dengan asumsi harga emas jangka panjang USD3.895 per ons. Namun, kinerja saham MDKA masih tertinggal dibanding emiten emas lain seperti ANTM (+150 persen YTD), ARCI (+330 persen), dan BRMS (+150 persen).

JP Morgan memperkirakan MDKA baru akan membukukan laba tahun depan, ditopang produksi emas Pani sebesar 90 ribu ons. Sementara itu, sebagian besar potensi produksi emas tambahan baru akan terealisasi pada 2029.

Meski meningkatkan probabilitas pengembangan proyek TB Copper menjadi 50 persen dari sebelumnya 25 persen, JP Morgan tetap melihat valuasi MDKA “fair”. Jika proyek ini terealisasi penuh, target harga saham bisa naik ke Rp3.000 per saham, atau 20 persen lebih tinggi.

Kisah EMAS

EMAS diproyeksikan menjadi pemain emas besar berikutnya di Indonesia melalui proyek Pani di Gorontalo. Dalam riset 23 September 2025, Trimegah Sekuritas menetapkan rekomendasi initiate coverage dengan target harga Rp5.800 per saham.

Proyek Pani memiliki cadangan terbukti 1,9 juta ons dari total sumber daya 7 juta ons emas dengan umur tambang hingga 2041.

Keunggulan proyek ini antara lain biaya produksi rendah berkat rasio pengupasan hanya 0,6x (kali), jauh di bawah rata-rata industri sekitar 5x. Dengan asumsi harga emas saat ini di atas USD3.600 per ons, potensi penambahan cadangan dinilai masih besar.

EMAS akan memulai produksi komersial pada kuartal I-2026 lewat fasilitas heap leach yang menghasilkan 79 ribu ons emas. Produksi diperkirakan melonjak bertahap hingga mencapai puncak sekitar 500 ribu ons pada 2033, seiring beroperasinya pabrik carbon in leach tahap pertama di 2029 dan tahap kedua di 2032.

Trimegah memperkirakan pendapatan EMAS naik dari USD293 juta pada 2026 menjadi USD1,27 miliar pada 2029. EBITDA diproyeksi tumbuh dengan CAGR 61 persen, sementara laba bersih melonjak dengan CAGR 42 persen, dari USD97 juta pada 2026 menjadi USD519 juta pada 2029.

Valuasi didasarkan pada model DCF dengan umur tambang 16 tahun. Trimegah menilai meski valuasi awal 2026 cukup premium dengan P/E 58,9 kali, valuasi jangka panjang lebih menarik dengan P/E 11 kali pada 2029, atau diskon 17 persen dibanding rata-rata produsen emas global.

Rapor MBMA

MBMA mengungkap penyebab penurunan pendapatan perseroan pada semester I-2025. Sepanjang semester pertama, perseroan membukukan pendapatan sebesar USD628 juta, turun 32 persen dibandingkan tahun lalu.

Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, menjelaskan adanya penurunan produksi Nickel Pig Iron (NPI) karena pemeliharaan smelter yang terjadwal. 

"Dampak sementara pemeliharaan smelter juga menyebabkan pengurangan produksi High Grade Nickel Matte (HGNM) selama periode tersebut," ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (27/9/2025). 

Selama periode ini, smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) menghasilkan 33.045 ton NPI, turun 23 persen dibanding tahun lalu karena pemeliharaan terjadwal. Pemeliharaan ini, kata Teddy, akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi operasional, serta menjadi landasan pengurangan biaya di masa depan. 

Namun, tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) memproduksi 6,9 juta wet metric tonnes (wmt) bijih nikel atau meningkat 78 persen dibanding tahun lalu. Peningkatan tersebut terdiri dari kenaikan 45 persen produksi limonit dan 189 persen produksi saprolit, meskipun curah hujan tinggi pada periode tersebut.

Pertumbuhan ini merupakan hasil investasi MBMA dalam peningkatan kapasitas penambangan dan infrastruktur selama 12-18 bulan terakhir, yang menciptakan operasi yang lebih kuat dan berkelanjutan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5 6 7
Advertisement
Advertisement