Rencananya, aset-aset tersebut bakal dijual secara bulk sales lewat skema tukar guling (asset swap) dengan surat berharga. Dengan strategi tersebut, BBTN diperkirakan dapat membebaskan biaya provisi senilai Rp700 miliar, sekaligus menurunkan NPL sekitar 0,06 persen, dan LAR sebesar 0,18 persen.
“Perusahaan telah mendapatkan persetujuan menjual aset senilai Rp1,1 triliun dengan target transaksi tuntas pada triwulan terakhir tahun ini. Penjualan aset dengan cara bulk sales lewat skema asset swap dengan surat berharga,” tutur mereka.
Sedangkan terkait pertumbuhan kredit tahun ini, BBTN diproyeksikan mampu mencapai angka sembilan hingga 10 persen. Proyeksi tersebut didasarkan pencapaian kredit perusahaan yang tumbuh dengan baik sampai September 2022.
Dalam laporan keuangan perusahaan, nampak bahwa pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi BBTN mencapai 8,5 persen. Sedangkan kinerja KPR non subsidi pada saat yang sama juga melesat hingga 20,4 persen.
Dalam laporan triwulan III-2022 tersebut, BBTN memaparkan sejumlah strategi untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis. Yang paling utama adalah fokus pada pertumbuhan kredit yang berkualitas, menciptakan produk baru yang inovatif, mendiversifikasi target pasar ke segmen yang menjanjikan margin tinggi (high yield) serta memperbaiki struktur biaya dana dengan memperbanyak porsi dana murah (CASA).