Hasan juga mengatakan dia melihat perdagangan minyak sawit Indonesia berada pada kisaran USD900 hingga USD1.000 per ton.
Para pelaku industri menunjukkan faktor-faktor lain yang menambah tekanan pada produksi, yaitu kurangnya penanaman kembali (replanting) sawit dan menurunnya hasil panen kelapa sawit, serta meningkatnya biaya tenaga kerja dan pupuk. Namun, terbatasnya pasokan akan mendukung harga.
Thomas Mielke, direktur eksekutif Oil World yang berbasis di Hamburg mengatakan produksi minyak sawit global menurun antara bulan Januari dan Maret tahun ini, dengan stok turun sebesar 1,2 juta ton sejauh ini pada kuartal tersebut.
Mielke memperkirakan harga minyak sawit Malaysia akan tetap jauh di atas rata-rata pada tahun 2024 dan 2025, terutama sebabkan karena terbatasnya pasokan.
Malaysia adalah produsen minyak sawit terbesar kedua setelah Indonesia.
“Kami memperkirakan kontrak berjangka di Bursa Malaysia akan berada pada kisaran MYR3.800 hingga MYR4.300 dalam tiga bulan ke depan,” kata Mielke, mengacu pada harga CPO per ton.