IDXChannel - Government shutdown atau penutupan sebagian pemerintahan AS secara historis memiliki dampak yang terbatas terhadap pasar keuangan.
Para ekonom JP Morgan mempercayai bahwa para investor cenderung lebih memprioritaskan tren makroekonomi jangka panjang ketimbang kebuntuan anggaran yang biasanya bersifat sementara.
Sejauh ini, pasar dinilai tidak terlalu terganggu. Saham justru menguat pada hari pertama terjadinya government shutdown, sementara harga emas melanjutkan tren bullish-nya.
Sebaliknya, indeks dolar AS sempat melemah sebelum akhirnya memangkas kerugiannya.
Meskipun penutupan pemerintahan sering kali menyebabkan penurunan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun, dampak keseluruhannya terhadap pasar obligasi diperkirakan kecil.
"Karena penutupan ini tidak terkait dengan batas utang, maka fungsi Departemen Keuangan tidak terpengaruh dan mereka akan tetap menerbitkan surat utang seperti biasa. Namun, kebutuhan pembiayaannya akan sedikit berkurang, sehingga kita mungkin melihat penerbitan surat utang jangka pendek yang sedikit lebih rendah selama shutdown berlangsung," ujar Kepala Strategi Suku Bunga Global di JP Morgan, Jay Barry, dalam global research bertajuk "Government Shutdown: What’s The Impact on The Economy and Markets?", dikutip Sabtu (4/10/2025).
Di sisi lain, government shutdown yang berkepanjangan dapat berdampak lebih besar terhadap surat berharga yang terkait inflasi, terutama jika laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan September tertunda.
"Seluruh ekosistem produk yang terkait Inflasi, termasuk pasar Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS) dan pasar inflation swaps, terikat pada data CPI. Untungnya, ada ketentuan cadangan, tetapi hal itu dapat menyebabkan perbedaan harga yang cukup signifikan dibanding kondisi saat ini," ujar Barry.
Kondisi ini dapat membuat perdagangan instrumen berbasis inflasi menjadi lebih menantang akibat ketidakpastian tersebut.
Lembaga-lembaga federal, termasuk Bureau of Labor Statistics, telah menghentikan operasinya. Akibatnya, publikasi data ekonomi resmi seperti laporan ketenagakerjaan AS dan Indeks Harga Konsumen (CPI), akan mengalami penundaan.
Kondisi ini dapat menjadi tantangan bagi Federal Reserve, yang tengah mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut menjelang pertemuan berikutnya pada Oktober.
"Selama penutupan pemerintahan berlangsung, kami akan beroperasi dalam kondisi yang sedikit ‘buta’. Namun, kami tetap berpandangan bahwa dalam situasi ekonomi saat ini, masuk akal bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada Oktober," ujar Kepala Ekonom AS di JP Morgan, Michael Feroli.
(NIA DEVIYANA)