Namun, pasar memproyeksikan ada sedikit kontraksi di sektor manufaktur karena negeri beribukota Beijing itu masih terpukul oleh dampak lockdown selama tiga tahun, ditambah adanya perlambatan permintaan ekspor.
Melansir Reuters, Senin (27/2), sentimen pemberat harga juga datang dari kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Lebih jauh, harga juga terbebani berkat performa dolar yang kuat, ditambah sikap hawkish Federal Reserve Amerika Serikat dalam mengatasi inflasi.
Pada pekan ini pasar menantikan data nonfarm payrolls AS untuk mencari petunjuk ketahanan di pasar tenaga kerja. AS juga akan merilis data persediaan minyak, setelah sebelumnya menimbulkan kekhawatiran atas melambatnya permintaan.
(FAY)