IDXChannel – Menurunnya permintaan masker sekali pakai seiring normalisasi pasca pandemi membuat produsen masker, PT Multi Medika Internasional Tbk (MMIX), berinovasi mendiversifikasikan produknya.
Menurut riset Panin Sekuritas bertajuk “MMIX: Riding the Korean Wave” yang terbit pada Rabu (1/2), MMIX bakal berekspansi ke pasar global dengan mengembangan produk di setor kencantikan, makanan, dan minuman.
Adapun, produk yang dikembangkan pada 2023 yaitu Ready to Drink (Coffee), Wet Tissue, dan Diapers. Dengan stock yang dimiliki, MMIX diproyeksi bakal memperoleh Rp30 miliar hingga Rp50 miliar untuk mengantisipasi bisnis masker sekali pakai (disposable mask) yang akan meredup.
Kendati demikian, bisnis disposable mask telah memberikan cuan bagi emiten ini pada 2020 hingga 2021 di tengah merebaknya pandemi Covid-19.
Seiring dengan industri kesehatan yang tak lagi berfokus pada pandemi, sektor alat medis terutama disposable mask mengalami penurunan permintaan dengan CAGR 27,8 persen di tahun 2022 hingga tahun 2026 mendatang.
Adapun, Indonesia diprediksi mengalami penurunan penjualan disposable mask pada 2022 sebesar USD3,6 miliar atau merosot 38,5 persen dibanding pada 2021, yakni USD5,9 miliar.
Ini tentunya berpengaruh terhadap kelangsungan usaha MMIX sebagai produsen disposable mask.
Kendati demikian, menurut Panin Sekuritas, MMIX masih bisa membukukan kinerja positif selama 5 bulan 2022.
Tercatat, penjualan MMIX masih melesat hingga 102,9 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp82,1 miliar. Sementara laba bersih emiten masih naik 91,2 persen yoy menjadi Rp19,8 miliar pada 5 bulan 2022.
Sementara, dengan rencana MMIX dalam mendiversifikasikan usahanya, perusahaan ini berpotensi akan mendapatkan total penghasilan sekitar Rp150 miliar.
Memanfaatkan Demam Korea
Pandemi yang semakin melandai membuat pergeseran kebutuhan alat kesehatan, terutama penggunaan disposable mask.
Meski begitu, MMIX memanfaatkan penggunaan masker tersebut tak lagi untuk perlindungan dari Covid-19 namun untuk menunjang hobi.
Di Korea Selatan misalnya, masker wajah sangat populer karena menunjukkan identitas atau dukungan terhadap idola mereka. Tren inilah yang kemudian digunakan oleh MMIX untuk mengembangkan bisnisnya agar tetap bertahan setelah pandemi melandai.
Mengutip riset Panin Sekuritas, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penggemar K-Pop terbesar di dunia maya pada 2021, melebihi Jepang, Amerika Serikat, bahkan Korea Selatan.
Sedangkan, demografi usia penduduk Indonesia berada di rentang 25-64 tahun disusul usia 5-14 tahun dan 15-24 tahun.
“Dari data tersebut, Indonesia merupakan negara yang potensial untuk menggaet pasar tren Korea yang saat ini tengah menjamur,” tulis riset tersebut.
Melihat potensi tersebut, MMIX kemudian menggaet brand asal Korea Selatan seperti Line Friends BT21 hinga distributor asal Korea Selatan, yakni Tiny Tan yang dimiliki oleh Big Hit Entertainment.
Kerja sama yang dilakukan emiten tersebut tentunya bakal menguntungkan perusahaan kedepannya karena dapat menggaet pasar anak muda terutama milenial dan Gen Z melalui produk disposable mask maupun produk lainnya.
Untuk meningkatkan brand awareness, MMIX juga berencana membuka flagship store hingga K-Pop mini booth untuk memperluas pangsa pasarnya yang menyasar fans K-Pop dari kalangan milenial hingga Gen Z.
“Flagship store ini berfungsi sebagai pusat aktivitas dari komunitas penggemar produk-produk tersebut dengan menaikkan brand awareness,” tulis Panin Sekuritas.
Di samping itu, MMIX menargetkan flagship store ini untuk dibuka bagi umum pada tahun 2023 di berbagai wilayah di Indonesia.
Selain menggaet penggemar K-Pop, MMIX juga meneken kontrak lisensi brand terkenal dari Amerika Serikat (AS).
Adapun, brand internasional tersebut di antaranya adalah Warner Bross, DC Comics, hingga serial kartun terkenal lainnya.
“Perusahaan menargetkan pangsa pasar anak-anak hingga dewasa dengan memproduksi masker yang bakal dipasarkan melalui modern trade ataupun marketplace e-commerce,” tulis Panin Sekuritas dalam risetnya.
Informasi saja, MMIX melantai di bursa pada 6 Desember 2022 dengan raupan dana Rp114 miliar.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.