IDXChannel - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam kurun sebulan terakhir cukup akrab dengan tren pelemahan.
Hal tersebut, di antaranya, dipicu oleh aksi jual yang dilancarkan investor asing, terutama terhadap saham perbankan, yang notabene memiliki nilai kapitalisasi pasar besar.
Namun demikian, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dinilai layak untuk digadang sebagai katalis, mengingat kondisi fundamental perusahaan yang diklaim cukup kuat dan valuasi yang juga atraktif.
"Semua bank KBMI-IV memang dilepas (investor) asing dengan nilai triliunan rupiah. Ini jelas menekan IHSG, karena bobotnya yang besar," ujar Equity Analyst Trimegah Sekuritas, Jonathan Gunawan, dalam keterangan resminya.
Terlebih lagi dengan depresiasi nilai tukar rupiah, menurut Jonathan, saham-saham tersebut juga ikut terkena sentimen negatif dan memicu aksi jual asing yang semakin menekan performa kinerja harga sahamnya. Namun secara fundamental kinerja big bank masih solid.
"Semua bank big caps sebenarnya sudah mengalami de-rating secara valuasi. Namun kita bisa lihat BBNI menjadi saham yang atraktif karena diskonnya cukup dalam. Bank KBMI-IV lain masih ditransaksikan di atas 2x PBV sedangkan BBNI mendekati 1x PBV di bawah valuasi historisnya," tutur Jonathan.
Konsistensi pencapaian kinerja yang solid sebagai hasil positif dari progres transformasi bank dalam beberapa tahun terakhir dinilai sebagai keunggulan bank pelat merah tersebut. Hal ini pun membuat BBNI dinilai menarik di mata investor, baik investor institusi maupun ritel.
Hal tersebut juga tercermin dari manuver asing di saham perbankan KBMI-IV. Di antara yang lain, nilai net sell asing di saham BBNI sepanjang tahun berjalan merupakan yang paling kecil yaitu di bawah Rp 1 triliun.
Dalam tiga tahun terakhir, BBNI mampu menunjukan pemulihan impresif setelah pandemi Covid-19 melanda. Pada 2021, BBNI mampu menorehkan laba bersih hingga tiga kali lipat dari laba 2020 atau tumbuh 232,2 persen menjadiRp 10,89 triliun. Perolehan laba kala itu pun melampaui ekspektasi pasar.
Pada 2022, kinerja BNI tidak kalah menjanjikan karena mampu mencapai laba Rp18,31 triliun atau tumbuh 68 persen dibandingkan 2021. Pada masa ini, BBNI pun menyentuh rekor perolehan laba tertinggi sepanjang sejarahnya.
Beralih ke 2023, perolehan laba BNI tumbuh 14,2 persen dibandingkan rekornya di 2022. Dengan begitu laba BBNI menjadi Rp20,9 triliun dan kembali menjadi yang tertinggi dalam sejarah perusahaan. BNI juga menyalurakan kredit mencapai Rp695 triliun sepanjang 2023, naik 7,6 persen secara tahunan.
Di tiga bulan pertama tahun ini, BBNI juga mampu menorehkan kinerja yang baik di tengah kondisi likuiditas yang menantang dan kondisi geopolitik yang belum mereda.
Hal ini tercermin dari perolehan laba menjadi Rp5,33 triliun, naik dua persen dibandingkan kuartal I-2023 senilai Rp5,22 triliun.
Peningkatan laba ini didorong utamanya dari stabilnya kondisi kualitas aset BNI, pertumbuhan fee based income dan loan recovery yang solid, serta peningkatan kredit yang diatas target aspirasi tahun ini atau 9,6 persen menjadi Rp695,16 triliun dibandingkan kuartal I-2023 senilai Rp634,33 triliun.
CASA atau dana murah BNI juga meningkat 6% menjadi Rp 543,5 triliun, dibandingkan kuartal I-2023 senilai Rp 512,54 triliun. Peningkatan CASA ini tidak lepas dari kepercayaan nasabah dalam menggunakan layanan digital BNI.
Hal ini terlihat dari nilai transaksi dari BNI Mobile Banking mencapai Rp347 triliun atau tumbuh 36% Year on Year, serta nilai transaksi dari Cash Management yang mencapai Rp1,608 triliun atau tumbuh 11.6% year on year.
"Di tengah tren depresiasi nilai tukar rupiah, BBNI memiliki strategi Asset & Liabilities Management yang kuat, dimana salah satunya BNI menerbitkan global bond senilai USD 500Mn sebagai alternatif sumber pendanaan di tengah kondisi likuiditas yang masih challenging terutama pada sisi valas," ungkap Jonathan.
Sementara, dengan penerapan strategi likuiditas konservatif, strategi pengelolaan kualitas aset yang prudent, serta upaya terus meningkatkan fee-based income termasuk loan recovery, disebut Jonathan merupakan key point untuk menjaga NIM BBNI, sehingga masih dapat terjaga stabil dan net profit tetap dapat tumbuh hingga akhir tahun ini.
Melihat kekuatan fundamental dari saham BBNI tersebut, Jonathan memberikan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp6.000 per saham. Bila pada perdagangan 14 Jun 2024 lalu harga saham BBNI masih ditutup di Rp4.310, maka potensi upside-nya diyakini Jonathan bisa mencapai 39 persen. (TSA)