"Di tengah tren depresiasi nilai tukar rupiah, BBNI memiliki strategi Asset & Liabilities Management yang kuat, dimana salah satunya BNI menerbitkan global bond senilai USD 500Mn sebagai alternatif sumber pendanaan di tengah kondisi likuiditas yang masih challenging terutama pada sisi valas," ungkap Jonathan.
Sementara, dengan penerapan strategi likuiditas konservatif, strategi pengelolaan kualitas aset yang prudent, serta upaya terus meningkatkan fee-based income termasuk loan recovery, disebut Jonathan merupakan key point untuk menjaga NIM BBNI, sehingga masih dapat terjaga stabil dan net profit tetap dapat tumbuh hingga akhir tahun ini.
Melihat kekuatan fundamental dari saham BBNI tersebut, Jonathan memberikan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp6.000 per saham. Bila pada perdagangan 14 Jun 2024 lalu harga saham BBNI masih ditutup di Rp4.310, maka potensi upside-nya diyakini Jonathan bisa mencapai 39 persen. (TSA)