Kinerja keuangan Garuda Indonesia saat ini masih tertekan akibat utang yang menumpuk. Pada 2024, maskapai full-service nasional itu menderita kerugian Rp1,15 triliun. Di tiga bulan pertama 2025, GIAA sudah mencatat rugi bersih Rp1,25 triliun.
Dari sisi neraca, ekuitas Garuda Indonesia sudah minus Rp23,2 triliun, yang menandakan secara GIAA sudah insolvent alias bangkrut secara pencatatan akuntansi (technically bankrupt). Sementara utang berbunganya menembus Rp62,5 triliun hingga 31 Maret 2025.
(Rahmat Fiansyah)