KISI menilai pendorong utamanya adalah program internalisasi armada, yang akan meningkatkan porsi pekerjaan internal dari 46 persen pada 2024 menjadi hampir 80 persen pada 2026. Setiap kenaikan 10 persen internalisasi diproyeksikan menambah 600-700 bps margin EBITDA.
Perseroan juga memperluas diversifikasi mineral lewat PT Gayo Mineral Resources (GMR), yang menggarap prospek tembaga-emas di Aceh. KISI menilai inisiatif ini membuka peluang pertumbuhan baru di aset non-batu bara ber-margin lebih tinggi serta memperkuat posisi DEWA sebagai kontraktor multikomoditas.
Sebelumnya, menurut keterbukaan informasi, DEWA berencana membeli kembali sahamnya di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi tajam. Aksi buyback ini dilakukan tanpa perlu persetujuan RUPS, sesuai ketentuan POJK 13/2023, POJK 29/2023, serta surat OJK tertanggal 17 September 2025.
Perseroan menetapkan periode buyback pada 19 November 2025 hingga 19 Februari 2026. Emiten jasa penunjang pertambangan ini menyiapkan dana maksimal Rp1,66 triliun dari kas internal, dengan target pembelian hingga 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Manajemen menilai aksi buyback tidak akan mengganggu kinerja maupun likuiditas perusahaan. Dengan skenario buyback penuh, laba per saham (EPS) diproyeksikan meningkat dari Rp4,13 menjadi Rp4,59.