“Beragam sanksi AS dan Uni Eropa sejauh ini hampir tidak berdampak pada kemampuan Rusia mengekspor minyak, jadi kami ragu putaran sanksi kali ini akan menjadi titik balik. Namun, Kremlin mungkin harus menggunakan cara yang lebih rumit untuk mengirim minyaknya secara tersembunyi, yang akan meningkatkan biaya,” ujar Analis Strategi Investasi di Raymond James, Pavel Molchanov.
Ia menambahkan, bank investasi itu akan terus memantau situasi ini mengingat ekspor Rusia menyumbang sekitar 7 persen pasokan minyak global.
Inggris pekan lalu juga menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, sementara Uni Eropa menyetujui paket sanksi ke-19 yang mencakup larangan impor gas alam cair dari Rusia.
Uni Eropa juga menambahkan dua kilang China dengan kapasitas gabungan 600.000 barel per hari serta Chinaoil Hong Kong—unit perdagangan PetroChina—ke dalam daftar sanksi Rusia.
Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan, dampak sanksi terhadap pasar minyak akan bergantung pada respons India dan kemampuan Rusia mencari pembeli baru.