IDXChannel - Harga batu bara di bursa Newcastle berjangka turun 2,47 persen pada perdagangan pekan lalu. Harga batu bara per Jumat lalu (29/9) berada di level USD159,95 per ton untuk kontrak November 2023.
Dalam sebulan, harga batu bara telah menguat 2,63 persen. Meski, dalam setahun, harga emas hitam masih tertekan 63,09 persen, menurut data Trading Economics.
Harga batu bara baru-baru ini terangkat oleh kenaikan harga acuan energi lainnya dan tanda-tanda pengurangan pasokan.
Harga minyak masih melanjutkan penguatan dalam dua minggu terakhir. Kondisi ini menempatkan harga acuan Brent dan West Texas Intermediate (WTI) dalam posisi tertinggi sepuluh bulan terakhir.
Harga LNG sempat meningkat secara global setelah Chevron tidak mampu mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja dan mencegah pemogokan di fasilitas ekspor Australia. Kondisi ini meningkatkan prospek produksi listrik berbahan bakar batu bara.
Selain itu, pemerintah China melakukan langkah-langkah dukungan yang terus-menerus untuk mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan pembangunan infrastruktur di negara tersebut. Upaya ini sempat menghambat permintaan energi.
Selain itu, kemungkinan pembatasan produksi baja dan aluminium mendorong tanur sembur dan pabrik peleburan melemahkan kontrol dan meningkatkan produksi dalam jangka pendek. Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan batu bara kokas dan termal.
Di dalam negeri, saham sejumlah emiten batu bara anjlok pada pembukaan perdagangan awal pekan, Senin (2/10).
Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) 1,05 persen pada pukul 09.35 WIB. Selanjutnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga turun 0,35 persen. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga turun 1,46 persen diikuti saham PT Byan Resources Tbk (BYAN) yang turun 0,26 persen.
Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga turun 1,33 persen pada waktu yang sama.
Sementara saham batu bara pelat merah, Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat tipis 0,71 persen.