David Ng melihat level support CPO berada di 3.950 ringgit Malaysia per ton, dengan resistance di 4.080 ringgit per ton.
Harga juga terdorong oleh melemahnya ringgit serta menguatnya minyak kedelai Chicago, yang meningkatkan daya saing relatif minyak sawit.
Sinyal permintaan turut memperkuat sentimen positif, setelah impor minyak sawit India sebagai pembeli terbesar dunia pada November naik sekitar 5 persen dibandingkan Oktober, seiring harga yang dinilai menarik.
Meski demikian, kontrak tersebut masih turun sekitar 1,12 persen secara mingguan, mencatat penurunan untuk pekan kedua berturut-turut, di tengah kekhawatiran terhadap permintaan ekspor.
Lembaga survei kargo memperkirakan pengiriman minyak sawit Malaysia pada periode 1-15 Desember turun antara 15,9 persen hingga 16,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya.