sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Emas Anjlok 1,65 Persen di Tengah Naiknya PMI Manufaktur AS

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
22/06/2024 14:50 WIB
Harga emas di pasar spot ditutup turun 1,65 persen di level USD2.322 per troy ons pada perdagangan Jumat (21/6/2024).
Harga Emas Anjlok 1,65 Persen di Tengah Naiknya PMI Manufaktur AS. (Foto MNC Media)
Harga Emas Anjlok 1,65 Persen di Tengah Naiknya PMI Manufaktur AS. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Harga emas di pasar spot ditutup turun 1,65 persen di level USD2.322 per troy ons pada perdagangan Jumat (21/6/2024).

Melansir Investing (22/6/2024), harga emas anjlok setelah rilis data Indeks Manajer Pembelian (PMI) S&P Global Amerika Serikat (AS) menunjukkan aktivitas ekonomi tetap kuat di kedua sektor pada Juni.

Data PMI AS yang menunjukkan PMI Manufaktur S&P Global meningkat menjadi 51,7 pada Juni dari 51,3 pada Mei, sementara PMI Jasa naik menjadi 55,1 dari 54,8 sebelumnya.

Kedua hasil tersebut lebih tinggi dari ekspektasi analis dan menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS tetap kuat.

Penurunan ini membalikkan kenaikan emas pada sesi sebelumnya, Kamis (20/6/2024). Sebelumnya, harga emas berada di level tertinggi dua minggu naik 1,38 persen di level USD2.359,63 per troy ons dan bersiap untuk membukukan kenaikan mingguan kedua. 

Harga emas sempat terangkat oleh sentimen data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah yang memperkuat spekulasi bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menurunkan suku bunga tahun ini, dan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Data minggu lalu menunjukkan perlambatan di pasar tenaga kerja dan tekanan harga, diikuti oleh lemahnya data penjualan ritel pada Selasa (18/6/2024) mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi AS masih lesu pada kuartal II-2024. 

Selain itu, klaim awal tunjangan pengangguran sedikit menurun pada minggu lalu, sementara pembangunan perumahan baru pada Mei turun ke level terendah dalam hampir empat tahun.

Meskipun dibebani prospek pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi yang membandel, harga emas diperkirakan akan terus mendapatkan dukungan dari pembelian oleh bank sentral, menurut survei World Gold Council (WGC).

Hasil survei menunjukkan bahwa 81 persen responden berpikir bank sentral akan meningkatkan kepemilikan emas mereka pada 2024, persentase tertinggi sejak survei dimulai pada 2019.

Sebagian besar pembelian oleh bank sentral dilakukan oleh khususnya oleh beberapa bank sentral Asia yang menimbun emas sebagai aset lindung nilai terhadap penguatan dolar AS. 

Dengan The Fed mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga dari tiga menjadi satu pada 2024, menurut dot plot Fed terbaru, tahun ini banyak mata uang Asia mengalami depresiasi signifikan terhadap dolar AS termasuk di antaranya Rupiah.

Tren menggunakan emas sebagai penyangga terhadap kekuatan dolar AS semakin diperkuat oleh terbelahnya struktur perdagangan internasional antara negara-negara BRICS dan Barat. 

Kebijakan utama BRICS dan sekutunya berupaya mematahkan dominasi dolar AS sehingga tidak dapat digunakan sebagai senjata terhadap anggota mereka (termasuk Rusia dan sekarang Iran) sebagai sanksi ekonomi. 

Salah satu pengganti realistis dolar adalah melakukan perdagangan pada aset keuangan yang didenominasikan emas.

Perpecahan antara BRICS dan Barat juga didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina dan perang Israel melawan Hamas. 

Mengingat konflik ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat, kondisi ini kemungkinan akan terus memberikan dorongan permintaan emas, baik sebagai potensi alat tukar maupun sebagai aset safe haven.

(YNA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement