Meski demikian, sebagian besar analis memperkirakan tekanan inflasi akan terus mereda pada tahun 2024.
“Secara tradisional, harga emas berkorelasi negatif dengan tingkat inflasi. Semakin rendah tingkat inflasi, semakin rendah pula tingkat suku bunga obligasi pemerintah. Akibatnya, daya tarik relatif dari aset tanpa bunga seperti emas meningkat,”ujar Ang.
Ang menambahkan, de-dolarisasi negara-negara berkembang juga menjadi faktor yang mengangkat daya tarik emas.
“Investor melihat emas sebagai sarana alternatif untuk membangun tabungan dan perlindungan terhadap inflasi dan risiko mata uang. Permintaan emas meningkat karena Brasil, Rusia, India, dan China mencari cara untuk meningkatkan kemandirian mata uang mereka,” kata Ang.
Pada paruh kedua tahun ini, tren kenaikan emas kemungkinan akan terus berlanjut, dan emas bisa bergerak di kisaran USD2.300 per troy ons. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.