“Fed yang lebih dovish akan menguntungkan emas, tetapi jeda panjang atau pembalikan kebijakan pemotongan suku bunga kemungkinan memberikan tekanan lebih lanjut pada permintaan investasi,” kata laporan itu.
Asia, khususnya India dan China, menjadi pasar terbesar emas dengan kontribusi lebih dari 60 persen terhadap permintaan tahunan jika pembelian bank sentral tidak dihitung.
Sementara, laporan Precious Metals Forecast 2025 dari Heraeus Precious Metals memprediksi, tren pembelian emas oleh bank sentral akan tetap kuat, meskipun tidak setinggi beberapa tahun terakhir.
Investor exchange-trade fund (ETF) juga mulai kembali ke emas pada paruh kedua 2024 setelah dua tahun melakukan penjualan.
Namun, risiko geopolitik tetap ada, terutama dengan kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS pada 2025.