Analis melihat tahun 2022 merupakan periode yang cukup memberikan benefit bagi pasar komoditas. Namun, penguatan dikhawatirkan akan berbalik arah pada tahun depan menyusul tren suku bunga.
"Ini tahun yang luar biasa bagi pasar komoditas dengan risiko pasokan yang menyebabkan peningkatan volatilitas dan kenaikan harga," kata analis ING Ewa Manthey.
Selain karena tensi di Eropa Timur, sentimen yang sempat membebani harga minyak datang dari pembatasan mobilitas di China. Kabar terbaru, Beijing telah melonggarkan sejumlah regulasi, yang diharapkan pasar dapat kembali memacu permintaan bahan bakar.
Menurut Direktur Konsultan JTD Energy Services, John Driscoll, pelonggaran pembatasan perjalanan yang terjadi baru-baru ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak.
“Tetapi, peningkatan tajam kasus Covid di China telah menimbulkan kekhawatiran serius," katanya.
(FRI)