IDXChannel - Harga minyak dunia masih melanjutkan tren penurunan menjelang berakhirnya 2023.
Minyak berjangka acuan West Texas Intermediate (WTI) dan Brent masing-masing stabil di kisaran USD72 dan USD77,5 per barel, pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (29/12/2023).
Dalam sepekan, harga minyak WTI dan Brent masing-masing terkoreksi 2,03 persen dan 1,75 persen, sedangkan dalam sebulan, keduanya mengalami penurunan masing-masing 5,23 persen dan 3,92 persen.
Sepanjang tahun, harga minyak WTI juga masih tertekan 10,42 persen dan minyak Brent tertekan 9,61 persen berdasarkan data Trading Economics. (Lihat grafik di bawah ini.)
Harga minyak dunia kini terancam menuju kerugian tahunan pertama sejak 2020 di tengah sejumlah kekhawatiran tentang peningkatan pasokan minyak mentah global dan melambatnya pertumbuhan permintaan.
Sentimen Penggerak Pasar Minyak di 2023
Sejumlah sentimen menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pasar minyak sepanjang 2023. Sebut saja upaya pengurangan produksi OPEC+, perang Israel-Hamas, dan ekspektasi penurunan suku bunga dari bank sentral Amerika Serika (AS), The Federal Reserve yang gagal mengangkat harga minyak secara berkelanjutan.
Tak hanya itu, sentimen pasokan minyak mentah global mungkin masih melebihi permintaan pada kuartal-kuartal mendatang.
Harga minyak sempat mengalami kenaikan jangka pendek dalam tahun ini yang sebagian besar didorong oleh pengurangan produksi OPEC+, perang Israel-Hamas, dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Namun, meningkatnya tanda-tanda peningkatan produksi minyak mentah, terutama dari negara-negara non-OPEC, ditambah dengan prospek permintaan yang tidak menentu, telah mendorong harga minyak kembali ke level rendah.
Pada Desember, pasar juga dihadapkan pada keluarnya Angola secara mengejutkan dari keanggotaan OPEC. Aktivitas serangan kapal oleh pemberontak Houthi yang mengganggu perdagangan di Laut Merah dan kemungkinan konflik berkepanjangan di Gaza juga sempat membawa optimisme pasar minyak.
Peningkatan ketegangan di Laut Merah setelah serangan kapal oleh pemberontak Houthi di Yaman sempat membuat armada kapal kontainer dunia yang secara teratur transit di jalur perairan tersebut kini menghindari rute tersebut.