sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Dunia Bersiap Alami Penurunan Terbesar sejak 2020

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
29/12/2023 15:33 WIB
Harga minyak dunia masih melanjutkan tren penurunan menjelang berakhirnya 2023.
Harga Minyak Dunia Bersiap Alami Penurunan Terbesar sejak 2020. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Dunia Bersiap Alami Penurunan Terbesar sejak 2020. (Foto: Freepik)

Termasuk di antaranya kapal tanker minyak mentah yang juga sempat dialihkan sehingga memperpanjang perjalanan dan menyebabkan pembengkakan biaya pengiriman.

Sebelumnya, pada 2022, harga minyak WTI maupun Brent ditutup di harga USD80 per barel. Sementara menjelang berakhirnya 2023, harga kedua patokan minyak mentah masih di perdagangkan di bawah USD78 per barel. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pada 2020, pandemi virus corona mengakibatkan harga minyak mentah merosot tajam karena permintaan minyak menurun drastis akibat lockdown dan pembatasan perjalanan.

Pertumbuhan produksi di AS dan Brasil melampaui perkiraan, sehingga membantu mendorong pasokan global lebih tinggi sebesar 1,7 juta juta ton/hari ke rekor 101,8 juta juta ton/hari pada 2023, berdasarkan proyeksi Badan Energi Internasional (IEA).

Pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma, AS melaporkan pasokan yang meningkat untuk minggu ke-11 dan mencapai level tertinggi sejak Agustus. Kondisi ini menunjukkan, produksi minyak mentah AS telah mencapai rekor tertinggi.

Produksi minyak mentah AS telah melampaui perkiraan sebelumnya dan tumbuh jauh lebih cepat tahun ini. Kondisi ini kian mengimbangi upaya OPEC+ untuk menaikkan harga melalui pengurangan pasokan yang terkoordinasi.

Pertumbuhan produksi AS diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun baru, berkat peningkatan efisiensi dan belanja serta rencana produksi yang lebih tinggi oleh perusahaan-perusahaan migas besar AS yang baru saja mengumumkan kesepakatan merger.

Beberapa analis memperkirakan bahwa peningkatan produksi minyak AS akan melambat pada 2024 mendatang,

Namun proyeksi Badan Informasi Energi (EIA) terlalu konservatif untuk 2024, di mana lembaga ini memperkirakan produksi minyak serpih AS akan kembali melampaui proyeksi.

Produksi minyak mentah AS mencapai rekor bulanan baru sebesar 13,24 juta barel per hari per September 2023, menurut data terbaru yang tersedia dari EIA.

Melonjaknya produksi juga menyebabkan melonjaknya ekspor minyak mentah dan produk minyak bumi AS.

Tahun ini, produksi minyak mentah AS diperkirakan mencapai rata-rata 12,93 juta barel per hari dan terus meningkat menjadi rata-rata 13,11 juta barel per hari pada tahun depan, menurut EIA dalam Short-Term Energy Outlook (STEO) Desember.

Harga minyak juga masih tersengat spekulasi bahwa The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga seiring dengan berkurangnya inflasi.

Di lain pihak, berdasarkan laporan terbaru IEA, permintaan minyak dari China naik ke rekor tertinggi sebesar 17,1 juta barep per hari pada September di tengah upaya negara tersebut meningkatkan kinerja ekonomi yang terus tertekan.

Permintaan minyak global keseluruhan juga diperkirakan akan melambat menjadi 930 juta barel per hari pada 2024.

Produksi minyak dunia juga meningkat sebesar 320 ribu barel per hari pada bulan Oktober menjadi 102 juta barel per hari.

IEA juga menyebutkan, tidak ada dampak material terhadap aliran pasokan minyak akibat perang antara Israel dan Hamas yang dimulai pada awal Oktober lalu.

Seperti kebanyakan komoditas, harga minyak mentah dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan, serta persediaan dan sentimen pasar.

Namun, karena minyak paling sering diperdagangkan dalam kontrak berjangka (di mana kontrak disepakati, dan pengiriman produk akan dilakukan dalam dua hingga tiga bulan ke depan), spekulasi pasar merupakan salah satu faktor penentu utama harga minyak. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement