Meski begitu, harga berjangka berangsur turun sepanjang sesi perdagangan, setelah para pejabat senior pemerintahan Trump meremehkan dampak putusan tersebut dan menegaskan masih ada jalur hukum lain yang bisa digunakan.
"Reaksi awal pasar terhadap putusan pengadilan atas tarif Trump mulai memudar seiring berjalannya sesi," kata analis dari konsultan energi Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, dilansir dari Reuters.
"Salah satu interpretasinya adalah, tidak banyak yang berubah. Ketidakpastian soal tarif Trump sejak awal masih akan berlanjut, karena proses hukum belum selesai dan beberapa tarif sektoral seperti mobil dan suku cadangnya masih berlaku," ujarnya.
Tekanan tambahan terhadap harga minyak datang dari pernyataan Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, dalam wawancara dengan Bloomberg bahwa permintaan minyak di China tergolong lemah, sementara perkembangan di Rusia dan Iran masih menjadi tanda tanya besar bagi harga minyak.
AS dan Iran diketahui sedang menggelar pembicaraan untuk mengekang aktivitas nuklir Iran yang meningkat pesat sejak AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015. Kesepakatan itu sebelumnya membatasi aktivitas nuklir Iran secara ketat.