Brent dan WTI sebelumnya turun selama empat sesi berturut-turut, masing-masing merosot sekitar 3 persen.
“Ini contoh sempurna dari pepatah: jangan hitung barel Anda sebelum dipompa. Pasar menjual minyak setelah ada laporan kesepakatan Kurdistan, dan ketiadaan kesepakatan kini menghapus pasokan itu dari pasar,” kata Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn, dikutip Reuters.
Secara keseluruhan, pasar minyak global tengah bersiap menghadapi pasokan tinggi dan permintaan yang melambat, terhambat adopsi kendaraan listrik dan tekanan ekonomi yang dipicu tarif AS.
Dalam laporan bulanan terbarunya, Badan Energi Internasional (IEA) menyebut pasokan minyak dunia akan meningkat lebih cepat tahun ini dan surplus dapat meluas pada 2026 seiring kenaikan produksi anggota OPEC+ dan pertumbuhan pasokan dari luar kelompok produsen tersebut.
Meski begitu, risiko tetap membayangi pasar. Pelaku pasar memantau pertimbangan Uni Eropa memberlakukan sanksi lebih ketat pada ekspor minyak Rusia, serta potensi eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah.