sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Rebound di Tengah Optimisme Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Market news editor Maulina Ulfa
06/06/2024 09:40 WIB
Minyak mentah berjangka (futures) rebound dalam perdagangan Kamis (6/6/2024).
Harga Minyak Rebound di Tengah Optimisme Pemangkasan Suku Bunga The Fed. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Rebound di Tengah Optimisme Pemangkasan Suku Bunga The Fed. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) rebound dalam perdagangan Kamis (6/6/2024).

Minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent dibuka menguat masing-masing 0,62 persen di level USD74,52 per barel dan 0,2 di level USD78,77 per barel pada pukul 8.45 WIB.

Pada Rabu (5/6) minyak WTI dan Brent ditutup masing-masing menguat 1,62 persen di level USD74,44 per barel dan 1,46 persen di level USD78,65 per barel.

Harga minyak WTI sempat anjlok 3,6 persen di level USD74,22 per barel dan Brent turun 3,99 persen di level USD78,36 per barel Pada 3 Juni 2024.

Kini, harga minyak menghentikan penurunan lima hari berturut-turut.

Rebound ini didorong oleh optimisme terhadap potensi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) pada September, yang melebihi kenaikan stok minyak mentah dan bahan bakar AS.

The Fed diperkirakan akan menurunkan biaya pinjaman pada September dengan pasar memperkirakan mencapai 69 persen. Pemangkasan suku bunga ini akan menjadi sebuah langkah yang dapat merangsang aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.

Melansir analisis Investing.com, tren bearish telah mendorong harga minyak mentah WTI mendekati zona support penting di sekitar USD72 per barel. Meskipun pemulihan harga mungkin terjadi, namun kombinasi faktor-faktor yang mendukung sisi penawaran menunjukkan bahwa tren penurunan kemungkinan akan terus berlanjut.

Data EIA terbaru juga mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat sebesar 1,233 juta barel pada minggu lalu, berbalik dari penurunan minggu sebelumnya sebesar 4,156 juta barel dan bertentangan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 2,3 juta barel.

Stok bensin dan minyak sulingan AS juga naik lebih dari yang diperkirakan.

Pada Minggu (2/6), organisasi kartel pengekspor minyak OPEC+ setuju untuk memperpanjang kebijakan pengurangan produksi hingga 2025 tetapi mengizinkan pembatalan pengurangan sukarela dari delapan negara anggota secara bertahap mulai Oktober.

Pada Desember mendatang, diperkirakan lebih dari 500.000 barel pasokan minyak per hari akan masuk kembali ke pasar, dan total pasokan 1,8 juta barel per hari akan kembali memenuhi pasar hingga Juni 2025.

Sebelumnya, minyak mentah anjlok mencapai titik terendah dalam empat bulan setelah OPEC+ mengumumkan rencana bertahap untuk mengurangi sebagian produksi minyaknya.

OPEC+ juga akan mempertahankan pengurangan produksi tambahan sebesar 3,6 juta barel per hari hingga akhir tahun 2025.

Bulan lalu, minyak harga turun sekitar 6 persen karena ketidakpastian sisi permintaan membebani pasar.

Harga minyak juga sempat tertekan oleh kekhawatiran bahwa The Fed akan memperpanjang era suku bunga tinggi, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Pengurangan ini dipandang sebagai sinyal bearish bagi pasar, terutama jika permintaan tidak terwujud sesuai perkiraan OPEC+ untuk tahun mendatang.

“Pasar memperkirakan mereka akan tetap bertahan hingga akhir tahun. Hal ini menyebabkan minyak mentah Brent anjlok karena investor mempertimbangkan peningkatan pasokan di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu,” tulis analis di ANZ dalam sebuah catatan.

Data PMI yang lemah di China juga memicu sempat kekhawatiran permintaan. Pasar minyak mentah juga dihantui oleh lemahnya data indeks manajer pembelian dari AS, yang menunjukkan aktivitas manufaktur di negara tersebut mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut pada Mei 2024. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement