"Sentimen semalam nampaknya condong ke sisi negatif setelah data pengangguran di AS, tetapi saya memperkirakan pemulihan permintaan China akan lebih memiliki dampak terhadap prospek harga hingga (paruh kedua) 2023," kata Head of Commodity Research National Australia Bank, Baden Moore.
Melansir Reuters, Jumat (10/2), cadangan minyak negeri Paman Sam mengalami kenaikan secara akumulatif sejak Juni 2021 hingga per minggu ini, dipicu tren inflasi dan laju suku bunga. Pasokan yang lebih tinggi berpotensi dapat membebani harga minyak.
Namun demikian, ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong dolar melemah, yang pada gilirannya mendukung harga minyak. Jika greenback lebih lemah, maka akan membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang seringkali memicu pembelian.
Pasar juga masih mendapat dukungan dari langkah Arab Saudi yang meningkatkan harga resmi penjualan minyak mentahnya ke Asia. Kebijakan ini dinilai sebagai sinyal OPEC dalam mendukung pemulihan permintaan di China.
(FAY)