sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Terpuruk, Dekati Level Terendah Lima Tahun

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
17/12/2025 07:37 WIB
Harga minyak mentah dunia ditutup di level terendah sejak Februari 2021 pada perdagangan Selasa (16/12/2025).
Harga Minyak Terpuruk, Dekati Level Terendah Lima Tahun. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Terpuruk, Dekati Level Terendah Lima Tahun. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah dunia ditutup di level terendah sejak Februari 2021 pada perdagangan Selasa (16/12/2025), di tengah kekhawatiran berlanjut soal kelebihan pasokan.

Tekanan juga datang dari menguatnya prospek tercapainya kesepakatan damai Rusia-Ukraina, yang memunculkan harapan pelonggaran sanksi.

Kontrak berjangka minyak Brent ditutup turun 2,71 persen ke level USD58,92 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 2,73 persen dan berakhir di USD55,27 per barel.

“Brent pagi ini turun ke bawah USD60 per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, seiring pasar menilai potensi kesepakatan damai yang dapat membuka tambahan pasokan minyak Rusia dan semakin membanjiri pasar,” ujar analis Rystad Energy, Janiv Shah, dikutip Reuters.

Amerika Serikat (AS) menawarkan jaminan keamanan ala NATO bagi Kyiv, sementara para perunding Eropa melaporkan kemajuan dalam pembicaraan pada Senin. Perkembangan ini memicu optimisme bahwa perang Rusia-Ukraina semakin mendekati akhir.

Di sisi lain, Rusia menegaskan tidak bersedia melakukan konsesi wilayah. Kantor berita pemerintah TASS mengutip pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov terkait sikap tersebut.

Spread kontrak berjangka Brent tenor enam bulan beralih ke kondisi contango untuk pertama kalinya sejak Oktober, menandakan tekanan pasokan jangka pendek di pasar.

Analis Barclays memperkirakan harga rata-rata Brent mencapai USD65 per barel pada 2026, sedikit di atas kurva forward.

Proyeksi ini didasarkan pada perkiraan surplus pasokan sebesar 1,9 juta barel per hari yang dinilai sudah tercermin dalam harga.

“Penurunan harga ini menegaskan dinamika struktural pasar energi saat ini—pasokan melimpah dan permintaan yang lesu. Tanpa intervensi risiko geopolitik atau perubahan kebijakan, pelemahan ini berpotensi berlanjut hingga tahun depan,” tulis Pemimpin Strategi Energi KPMG AS, Angie Gildea, dalam sebuah catatan.

Tekanan tambahan datang dari data ekonomi China yang lemah pada Senin, yang kembali memicu kekhawatiran bahwa permintaan global tidak cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan terbaru, kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

Data resmi menunjukkan pertumbuhan output pabrik China melambat ke level terendah dalam 15 bulan. Penjualan ritel juga tumbuh pada laju paling lambat sejak Desember 2022, saat pandemi COVID-19.

Kekhawatiran kelebihan pasokan sedikit teredam oleh penyitaan sebuah kapal tanker minyak oleh AS di lepas pantai Venezuela pekan lalu.

Namun, pelaku pasar dan analis menilai dampaknya terbatas, mengingat masih besarnya stok minyak di penyimpanan terapung serta lonjakan pembelian minyak China dari Venezuela sebagai antisipasi terhadap potensi sanksi. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement