Meski demikian, organisasi tersebut berupaya menegakkan kepatuhan terhadap target produksi yang telah disepakati, meski ada rencana untuk melonggarkan pemangkasan produksi.
Kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar jet yang melemah juga menekan pasar minyak. Analis JP Morgan mengungkapkan, data dari Transportation Security Administration (TSA) AS menunjukkan volume penumpang pesawat pada Maret turun 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, setelah stagnasi pada Februari.
Namun, analis JP Morgan juga mencatat bahwa hingga 11 Maret, rata-rata permintaan minyak global mencapai 102,2 juta barel per hari, meningkat 1,7 juta barel per hari secara tahunan, melebihi proyeksi kenaikan sebelumnya sebesar 60.000 barel per hari.
Sementara itu, pasar kini memperkirakan adanya tambahan dua kali pemangkasan suku bunga di 2025.
“Data ini jelas menguntungkan Pemerintah AS, yang dapat berargumen bahwa inflasi tidak terlalu terdampak oleh tarif. Namun, perlu diingat bahwa hingga Februari, hanya China yang terdampak bea masuk. Jika perang dagang dengan mitra dagang lain semakin meningkat, dampak negatifnya bisa lebih besar,” kata PVM Oil Associates dalam laporannya. (Aldo Fernando)