Pada Senin (23/6), kedua kontrak minyak juga ditutup turun lebih dari 7 persen. Padahal sebelumnya, harga sempat menyentuh level tertinggi lima bulan setelah AS melancarkan serangan ke fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.
Namun, pasar menilai serangan balasan Iran ke pangkalan militer AS di Qatar sebagai tindakan yang justru meredakan ketegangan, sehingga reli harga yang terjadi sebelumnya langsung berbalik arah.
Keterlibatan langsung AS dalam konflik ini sempat memicu kekhawatiran terhadap keamanan Selat Hormuz, jalur sempit antara Iran dan Oman yang dilintasi oleh 18 hingga 19 juta barel minyak dan produk minyak per hari—hampir seperlima dari konsumsi global.
Harga minyak juga ikut tertekan setelah Trump menyatakan bahwa China, sebagai importir minyak terbesar dunia, tetap diizinkan membeli minyak dari Iran.
Di sisi lain, dari perkembangan pasokan global, perusahaan energi negara Kazakhstan, KazMunayGaz, menaikkan proyeksi produksi minyak dari ladang minyak Tengiz yang dikelola Chevron menjadi 35,7 juta ton metrik pada 2025, dari proyeksi sebelumnya sebesar 34,8 juta ton. Kazakhstan merupakan anggota kelompok OPEC+ yang mencakup negara-negara OPEC dan sekutunya. Sejumlah anggota OPEC+ lain juga tercatat meningkatkan produksi.