IDXChannel - Harga minyak ditutup turun pada Jumat (15/8/2025) lalu seiring pelaku pasar mencermati hasil pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kontrak berjangka (futures) minyak jenis WTI turun 1,8 persen menjadi USD62,80 per barel pada Jumat, mencatat pelemahan mingguan 1,7 persen. Sementara itu, Brent terkoreksi 1,5 persen ke USD65,85 per barel, turun 1,1 persen dalam sepekan.
Trump tiba di Alaska pada Jumat untuk menghadiri pertemuan dengan Putin, setelah sebelumnya menyatakan ingin segera melihat gencatan senjata di Ukraina.
Trump menilai Rusia siap mengakhiri perang, meski ia juga mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap negara yang membeli minyak Rusia jika tidak ada kemajuan dalam pembicaraan damai.
Diwartakan Reuters, Sabtu (16/8), pertemuan yang sangat dinanti tersebut tidak menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri atau menghentikan perang Rusia di Ukraina. Namun, kedua pemimpin menyebut pembicaraan tersebut berlangsung produktif.
Selain faktor geopolitik, data ekonomi yang lebih lemah dari China juga menekan sentimen permintaan minyak. Data pemerintah menunjukkan pertumbuhan produksi industri jatuh ke level terendah delapan bulan, sementara pertumbuhan penjualan ritel melambat ke titik terendah sejak Desember, meski throughput kilang minyak meningkat.
Kilang di China memproses 8,9 persen lebih banyak minyak pada Juli dibanding tahun sebelumnya, namun jumlah itu lebih rendah dari level Juni yang menjadi tertinggi sejak September 2023. Ekspor produk minyak China juga naik dibanding tahun lalu, mengindikasikan permintaan domestik yang lebih lemah.
Di sisi pasokan, ekspektasi surplus pasar minyak yang kian besar turut membebani harga, ditambah prospek suku bunga tinggi di AS yang bertahan lebih lama. Jumlah rig minyak, indikator pasokan masa depan, naik satu menjadi 412 unit pekan ini menurut Baker Hughes.
Analis Bank of America pada Kamis memperluas proyeksi surplus minyak global, dengan alasan meningkatnya pasokan dari kelompok produsen OPEC+ yang mencakup OPEC, Rusia, dan sekutunya.
Mereka kini memperkirakan surplus rata-rata 890.000 barel per hari sepanjang Juli 2025 hingga Juni 2026. Proyeksi ini sejalan dengan laporan Badan Energi Internasional (IEA) pekan ini yang menyebut pasar minyak tampak “berlebih” setelah peningkatan produksi dari OPEC+. (Aldo Fernando)