sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Nikel Terus Tergerus, Gagal Pertahankan Tren Bullish

Market news editor Maulina Ulfa
10/07/2024 10:26 WIB
Harga nikel berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) terkoreksi 1,89 persen dalam sepekan di level USD17.142 per ton pada perdagangan Selasa (9/7/2024
Harga Nikel Terus Tergerus, Gagal Pertahankan Tren Bullish. (Foto: Reuters)
Harga Nikel Terus Tergerus, Gagal Pertahankan Tren Bullish. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Harga nikel berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) terkoreksi 1,89 persen dalam sepekan di level USD17.142 per ton pada perdagangan Selasa (9/7/2024).

Nikel kembali turun di bawah USD17.300 per ton yang menyamai level akhir Maret 2024 dan membalikkan tren bullish jangka pendek yang sempat diraih setelah mencapai level tertinggi dalam 9 bulan sebesar USD21.615 per ton pada Mei lalu.

Dalam sepekan, harga nikel terkoreksi 0,85 persen dan secara bulanan, harga nikel sudah terjun 4,15 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Melansir Trading Economics, penurunan harga nikel ini disinyalir karena dana investasi melikuidasi posisi buy di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan lemahnya data manufaktur China.

Meskipun terjadi kondisi bullish seperti penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa, terhentinya produksi di Kaledonia Baru, dan potensi penghentian izin di Indonesia, harga Nikel turun tajam.

Para analis memperkirakan tantangan di pasar nikel sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar dan memperkirakan total stok nikel primer akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada 2024, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan hingga sisa tahun ini.

Proyeksi Harga Nikel

BMI, salah satu unit riset dari Fitch Solutions mempertahankan perkiraan harga nikel untuk 2024 di angka USD18.000 per ton. Proyeksi harga ini berdasarkan adanya kelebihan pasokan yang terus menurunkan harga nikel sejak 2022.

Harga nikel anjlok tahun lalu, dengan harga rata-rata tahunan pada 2023 turun sebesar 15,3 persen menjadi USD21.688 per ton dari USD25.618 per ton yang terlihat pada 2022.

Penurunan ini disebabkan oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan permintaan yang lesu.

Fitch memperkirakan dinamika serupa akan membatasi pertumbuhan harga pada tahun ini karena produksi dari China dan Indonesia akan membanjiri pasar ke depan.

Meskipun terjadi kenaikan singkat di awal tahun yang mendorong harga nikel ke level tertinggi sepanjang tahun ini sebesar USD21.615 per ton pada 20 Mei, kini harga logam tersebut terbebani oleh memburuknya sentimen investor.

Tingkat ini mencerminkan peningkatan tahun ini sebesar 4,3 persen namun juga kontraksi signifikan sebesar 15,5 persen secara bulanan karena berkurangnya optimisme pasar. Pembalikan sentimen pasar yang dramatis sejak awal Juni berpotensi semakin menekan harga nikel memasuki kuartal III-2024.

Meskipun terdapat tekanan pada harga nikel saat ini, Fitch memperkirakan adanya risiko-risiko positif, termasuk potensi gangguan pasokan dan melemahnya dolar AS pada akhir tahun ini. Sentimen ini mencegah penurunan yang signifikan dari level harga saat ini.

Pasar nikel juga terbebani sinyal terbaru bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) terkait jalur pemangkasan suku bunga di tahun ini.

Pasar kini merespon pidato ketua The Fed Jerome Powell semalam yang mengindikasikan ekonomi negeri paman Sam berada pada jalur pemulihan.

Powell mengatakan, inflasi telah mengalami kemajuan pesat sejak mencapai puncaknya dalam empat dekade dua tahun lalu.

Namun, pejabat bank sentral masih ingin melihat lebih banyak kemajuan sebelum memangkas suku bunga, di tengah tetap memperhatikan pasar kerja.

“Kami memperkirakan tidak tepat untuk mengurangi kisaran target suku bunga dana federal sampai kami mendapatkan keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen,” kata Powell dalam kesaksian yang disampaikan kepada kongres, Selasa (9/7).

Selama dengar pendapat tersebut, Powell tidak menyebutkan kemungkinan pemotongan suku bunga pada tahun ini, atau memberikan petunjuk apa pun mengenai waktu penurunan suku bunga pertama.

“Namun, data inflasi terbaru menunjukkan sedikit kemajuan dan data yang lebih baik akan memperkuat keyakinan kami bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen,” tambah Powell.

Powell hadir di hadapan Komite Perbankan Senat untuk menyampaikan laporan kebijakan moneter paruh pertama 2024 kepada Kongres. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement