Di tengah meningkatnya tensi geopolitik ditambah dengan memburuknya hubungan dagang antara China dengan AS dan sejumlah Negara eropa lainnya, maka data ekonomi China yang memburuk sebelumnya menjadi sentimen negatif bagi Bursa Asia.
Sementara itu, Rupiah diproyeksikan akan berada dalam rentang Rp16.120 hingga Rp16.160 per USD.
"Penguatan rupiah ditopang oleh memburuknya indikator kinerja sektor keuangan di AS. Imbal hasil US Treasury mengalami penurunan yang berimbas pada menguatnya Rupiah terhadap USD," kata dia.
Di sisi lain, kebijakan BI menetapkan besaran bunga acuannya juga akan direspon positif pasar. Terlebih pelaku pasar juga diuntungkan dari sikap Gubernur Bank Sentral AS yang mulai dovish.
(DES)