"Di tengah kebijakan pengetatan moneter bank sentral dunia dan ditambah inflasi yang tinggi, risiko resesi meningkat. Sehingga harga aset-aset berisiko praktis berada dalam tekanan," tutur Ariston.
Selain itu, lanjutnya, pelaku pasar juga masih mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif oleh bank sentral AS, The Fed.
"Perbedaan yield antara Indonesia dan AS yang menyempit mendorong pasar mencari aman di aset dolar AS dibandingkan rupiah, Kondisi ini juga jadi tekanan sendiri terhadap rupiah," tegas Ariston. (TSA)