Kenaikan Imbal hasil obligasi pemerintah AS ini dipengaruhi beberapa sentimen. Di antaranya adalah inflasi yang masih belum sepenuhnya terkendali, sikap bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang hawkish, naiknya harga energi, hingga isu meningkatnya defisit anggaran AS, serta ancaman penutupan pemerintah (shutdown) yang dimulai pada 1 Oktober mendatang.
Kondisi ini disinyalir juga memicu kekhawatiran akan terjadinya sell off atau penjualan dan menjadi faktor yang membebani harga dan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS ini akan lebih tinggi.
Departemen Keuangan AS pada 31 Juli lalu mengumumkan bahwa mereka memperkirakan akan meminjam USD1,007 triliun pada kuartal ketiga tahun ini, jauh di atas perkiraan bulan Mei sebesar USD274 miliar dan merupakan angka tertinggi yang pernah ada.
Sementara itu, kenaikan harga minyak dunia terus terjadi seiring dengan kebijakan OPEC+ yang digawangi Arab Saudi dan Rusia memangkas pasokan minyak global.
Harga minyak berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) pada hari ini diperdagangkan di level USD93,44 per barel dan USD92 per barel. Masing-masing harga acuan minyak tersebut telah naik 11,89 persen dan 16,93 persen secara year on year (yoy) berdasarkan data Trading Economics.